Tugas Sistem Basis Data 2 : Jurnal Database

Kamis, 03 April 2014

Tugas Sistem Basis Data 2 : Jurnal Database
“ Mengembalikan Data Dengan Menggunakan Oracle Data Guard”



Di dalam dunia bisnis  peran IT sangatlah penting guna menunjang kelangsungan bisnis perusahaan tersebut. Penting bagi perusahaan untuk mengemplementasikan konsep high availability (HA) yang berguna untuk melindungi data-data yang merupakan aset terpenting perusahaan. Tujuan proyek akhir ini adalah membangun sistem disaster recovery yang mudah digunakan, murah, komprehensif, efektif, efisien, dan dapat diandalkan serta menjamin ketersediaan data. Dengan menggunakan Oracle Database hasil dari proyek akhir ini intinya berupa sistem Data Guard yang berfungsi melindungi data perusahaan tersebut dari kerusakan, bencana, failure, error, serta perawatan rutin yang menyebabkan database menjadi Down. Data Guard ini memungkinkan ketersedian datanya selama 24 jam per hari, 7 hari per minggu. Dalam sistem Data Guard terdapat dua macam Database, yaitu Database utama (primary Database) dan satu atau lebih Database cadangan (stanby Database) yang akan digunakan jika primary Database mengalami downtime.

Di setiap sistem database, kemungkinan terjadinya failureterhadap sistem dan perangkat keras selalu ada. Maka dari itu perlu mempersiapkan sistem backup untuk menjamin proses operasional harian yang penting bisa tetap berjalan, meskipun primary database sedang mengalami failure.

Berdasarkan survei dari Disaster Recovery Journal (DRJ) penyebab utama kerusakan data yang mengakibatkan sistem mengalami downtime yang tidak direncanakan itu berasal dari hardware and system error (49%), disusul oleh human error (36%), lalu computer viruses (7%), software corruption (4%), dan terakhir natural disaster (3%). Adapula downtime yang di rencanakan, seperti perubahan data, perubahan sistem, perawatan rutin, serta pengembangan sistem.
       
Business Continuity Plan (BCP) dan Disaster Recovery Plan (DRP) adalah dua hal yang sangat penting dalam proses bisnis. Secara umum tujuan dari BCP dan DRP adalah menjaga bisnis tetap beroperasi meskipun ada gangguan dan menyelamatkan sistem informasi dari dampak bencana lebih lanjut.

BCP adalah proses otomatis ataupun manual yang dirancang untuk mengurangi fungsi-fungsi penting organisasi, sehingga menjamin kontinuitas layanan bagi operasi yang penting. DRP adalah prosedur yang dijalankan saat BCP berlangsung berupa langkah-langkah untuk penyelamatan dan pemulihan (recovery) khususnya terhadap fasilitas IT dan sistem informasi serta database. Proses perencanaan suatu DRP akan melindungi organisasi dari kegagalan layanan komputer utama, meminimalisasi risiko organisasi terhadap delay dalam penundaan layanan, menjamin keandalan sistem yang tersedia melalui pengujian dan simulasi, serta meminimalisasi pengambilan keputusan olehmanusia selama bencana.

Konsep Oracle Data Guard dapat menjamin high availability, data protection, dan disaster recovery bagi data perusahaan. Jika production database mengalami downtime karena sebab tertentu, maka Data Guard             akan mengalihkan tugas dan fungsinyakepada stanby database, sehingga downtime dapat di minimalisir. Dengan Data Guar, administrator juga dapat dengan bebas meningkatkan performance dari production database dengan menyerahkan backup dan operasi reporting kepada stanby database.

Oracle database beroperasi pada salah satu dari dua role, yaitu primary dan stanby. Dengan Data Guard role dapat diubah dengan melakukan operasi switchover atau failover. Switchover adalah operasi penukaran role antara  primary database dengan salah satu dari stanby database. Biasanya dilakukan untuk alasan perawatan rutin atau perawatan lain yang telah direncanakan. Operasi ini menjamin tidak ada data yang hilang. Selama switchoveri, primary database beroperasi pada stanby role dan stanby database beroperasi pada primary role.

Operasi failover dilakukan hanya pada saat primary database mengalami downtime yang tidak direncanakan. Misalnya terjadi Hardware failure atau bencana alam. Operasi ini membuat stanby database beroperasi pada primary role. Database  administrator dapat melakukan konfigurasi agar Data Guard dapat menjamin tidak ada data yang hilang.

Data Guard Broker adalah manajemen framework terdistribusi yang digunakan untuk mengotomatisasi pembuatan, pengelolaan, dan pengawasan sistem Data Guard. Data Guard Broker secara logis mengelompokkan primary dan stanby database dalam sebuah broker configuration sehingga keduanya dapat dikelolabersama sebagai unit yang terintregrasi. Manajemen broker configuration dapat dilakukan baik secara local maupun remote dengan Oracle Enterprise Manager Grid Control graphical user interface (GUI) atau Data Guard command-line interface (DGMGRL).

Oracle Data Guard menyediakan tiga jenis mode proteksi yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi yang paling cocok dengan kriteria masing-masing mode. Mode proteksi pertama adalah maximum protection. Mode ini menjamin tidak ada data yang hilang jika primary database mengalami downtime. Mode proteksi kedua adalah  maximum availability yang mampu menyediakan perlindungan data level tinggi tanpa menggangu atau membahayakan availabilitas dari primary database. Mode proteksi ketiga adalah maximum performance yang merupakan mode default, juga menyediakan perlindungan data level tinggi tanpa mempengaruhi performance dari primary database.

  Perbedaan metode Recovery Data Guard dengan cara konvensioanal. Proses recovery konvensional pada dasarnya terdiri dari backup, restoration, serta recovery. Dibutuhkan langkah yang panjang untuk melakukan ketiga proses tersebut. Sementara Oracle Data Guard menawarkan metode recovery yang lebih sederhana dan mudah. Pada proses ini cukup melakukan satu kali konfigurasi yang dilakukan di awal, yaitu pada saat sistem data Guard dibangun. Proses backup dilakukan secara otomatis dengan pengiriman redo data. Ketika terjadi failure, tidak perlu melakukan proses restorasi dan recovery seperti cara konvensional. Data Guard hanya tinggal melakukan proses switchover atau failover.

Perencanaan sistem dalam proyek ini diasumsikan bahwa DBA     dari PENS-ITS memutuskan untuk mengimplementasikan Oracle Data Guard guna melindungi Oracle database institusi tersebut. Manajemen sistem data Guard dilakukan dengan menggunakan perintah-perintah SQL baik melalui Enterprise Manager Grid Control maupun melalui SQL*Plus. Untuk merealisasikan hal tersebut dibuat satu primary database dan satu stanby database. Setelah itu dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap konfigurasi yang kemudian diberlakukan mode proteksi maximum availability yang mampu menyediakan proteksi data pada tingkat yang paling tinggi tanpa membahayakan primary database. Lalu hal terakhir yang perlu dilakukan adalah menguji sistem dengan cara menambahkan datafile pada primary database serta memasukkan data baru pada salah satu tabel dalah skema HR. Apabila pada stanby database terdapat data yang baru saja dimasukkan melalui primary database, maka sistem Data Guard dapat dikatakan berhasil dibangun. Semua cara pelaksanaan pembangunan telah dijelaskan di dalam jurnal.

Dalam proses penelitian yang dilakukan, penyusun mengalami kesulitan pada saat mengatur konfigurasi, terutama saat mengintegrasikan primary server dengan stanby server. Namun setelah kedua server tersambung dan dapat berkomunikasi, konfigurasi menjadi lebih mudah. Setelah seluruh konfigurasi telah dilakukan dan sistem Data Guard berhasil dibangun, manajemen dan penggunaan sistem ternyata mudah, sederhana dan cukup user-friendly.


Kesimpulan yang dapat kami simpulkan dari percobaan dan analisa artikel di atas kami jabarkan dalam beberapa point di bawah ini :


1. Oracle Data Guard adalah suatu infrastruktur yang digunakan sebagai database cadangan atau secondary database yang digunakan apabila terdapat masalah pada database utama.

2.  ODG juga mempunyai banyak keuntungan seperti dapat melindungi data secara menyeluruh, otomatis, dan fleksibel dalam proteksi datanya.

3.  Implementasi sistem Data Guard terbagi menjadi dua bagian, yaitu pembuatan dan penggunaan. Proses pembuatan dilakukan dengan hati-hati karena cukup rumit. Kesalahan pada proses ini dapat berakibat buruk pada kinerja sistem. Namun setelah pembuatan berhasil, pengguna dan manajemen sistem sangat nudah dan sederhana terutama dalam hal recovery data.


4. Metode recovery Data Guard dapat menggantikan metode recovery konvensional yang menghabiskan banyak waktu. Dengan Data Guard, downtime dapat diminimalisir hingga kurang dari 10 detik.


5.  Penggunaan Data Guard Broker sangat membantu dalam pengelolaan sistem, karena dapat di kontrol ssecara terpusat melalui satu interface,


6.   Data Guard merupakan solusi yang murah tetapi tetap efektif dan dapat diandalkan untuk menjamin ketersediaan data.


Referensi Jurnal : http://repo.eepis-its.edu/734/1/1010.pdf

Anggota Kelompok :

·        Fajar J.
·        Friska M.
·        Rianda Zulhamjani

KELAS : 3IA14
.

 

by blogonol
Free Fire Pointer Blue Cursors at www.totallyfreecursors.com